Kamis, 14 Oktober 2010

Cara Mengamankan Jaringan Komputer

Langkah 1: Membuat Komite Pengarah Keamanan.

Komite pengarah sangat penting untuk dibentuk agar kebijakan keamanan jaringan dapat diterima oleh semua pihak. Agar tidak ada orang terpaksa, merasa tersiksa, merasa akses-nya dibatasi dalam beroperasi di jaringan IntraNet mereka.  Dengan memasukan perwakilan dari semua bidang / bagian, maka masukan dari bawah dapat diharapkan untuk dapat masuk & di terima oleh semua orang.

Dengan adanya komite pengarah ini, akan memungkinkan terjadi interaksi antara orang teknik / administrator jaringan, user & manajer. Sehingga dapat dicari kebijakan yang paling optimal yang dapat di implementasikan dengan mudah secara teknis.





Langkah 2: Mengumpulkan Informasi



Sebelum sebuah kebijakan keamanan jaringan di implementasikan, ada baiknya proses audit yang lengkap dilakukan. Tidak hanya mengaudit peralatan & komponen jaringan saja, tapi juga proses bisnis, prosedur operasi, kesadaran akan keamanan, aset. Tentunya proses audit harus dari tempat yang paling beresiko tinggi yaitu Internet; berlanjut pada home user & sambungan VPN. Selain audit dari sisi external, ada baiknya dilakukan audit dari sisi internet seperti HRD dll.



Langkah 3: Memperhitungkan Resiko

Resiko dalam formula sederhana dapat digambarkan sebagai:

Resiko = Nilai Aset * Vurnerability * Kemungkinan di Eksploit

Nilai aset termasuk nilai uang, biaya karena sistem down, kehilangan kepercayaan mitra / pelanggan. Vurnerability termasuk kehilangan data total / sebagian, system downtime, kerusakan / korupsi data.

Dengan mengambil hasil dari langkah audit yang dilakukan sebelumnya, kita perlu menanyakan:


·        Apakah kebijakan keamanan yang ada sekarang sudah cukup untuk memberikan proteksi?
·        Apakah audit secara eksternal berhasil memvalidasi ke keandalan kebijakan keamanan yang ada?
·        Adakah proses audit mendeteksi kelemahan & belum tertuang dalam kebijakan keamanan?
·        Apakah tingkat keamanan, setara dengan tingkat resiko?
·        Apa aset / informasi yang memiliki resiko tertinggi?

Dengan menjawab pertanyaan di atas merupakan titik awal untuk mengevaluasi kelengkapan kebijakan informasi yang kita miliki. Dengan mengevaluasi jawaban di atas, kita dapat memfokuskan pada solusi yang sifatnya macro & global terlebih dulu tanpa terjerat pada solusi mikro & individu.


Langkah 4: Membuat Solusi

Pada hari ini sudah cukup banyak solusi yang sifatnya plug’n’play yang dapat terdapat di pasar. Sialnya, tidak ada satu program / solusi yang ampuh untuk semua jenis masalah. Oleh karena kita kita harus pandai memilih dari berbagai solusi yang ada untuk berbagai kebutuhan keamanan. Beberapa di antaranya, kita mengenal:

·        Firewall.
·        Network Intrusion Detection System (IDS).
·        Host based Intrusion Detection System (H-IDS).
·        Application-based Intrusion Detection System (App-IDS).
·        Anti-Virus Software.
·        Virtual Private Network (VPN).
·        Two Factor Authentication.
·        Biometric.
·        Smart cards.
·        Server Auditing.
·        Application Auditing.
·        Dll – masih ada beberapa lagi yang tidak termasuk kategori di atas.


Langkah 5: Implementasi & Edukasi / Pendidikan.

Setelah semua support diperoleh maka proses implementasi dapat di lakukan. Proses instalasi akan sangat tergantung pada tingkat kesulitan yang harus di hadapi. Satu hal yang harus di ingat dalam semua proses implementasi adalah proses pendidikan / edukasi jangan sampai dilupakan. Proses pendidikan ini harus berisi:

·        Detail dari sistem / prosedur keamanan yang baru.
·        Effek dari prosedur keamanan yang baru terhadap aset / data perusahaan.
·        Penjelasan dari prosedur & bagaimana cara memenuhi goal kebijakan keamanan yang baru.

Peserta harus di jelaskan tidak hanya bagaimana / apa prosedur keamanan yang dibuat, tapi juga harus dijelaskan mengapa prosedur keamanan tersebut di lakukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar